Question 1

A. Apakah Emas Digital Itu Halal?

Accepted Answer

Ini adalah salah satu pertanyaan paling sering muncul dalam konteks investasi emas dalam Islam modern. Secara umum, para ulama kontemporer dan lembaga fatwa seperti Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) telah menyatakan bahwa emas digital bisa menjadi halal, asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu. Kunci utama kehalalannya terletak pada adanya kepemilikan riil atas emas fisik yang mendasari transaksi digital tersebut. Artinya, ketika Anda membeli emas digital, harus ada sejumlah emas fisik tertentu yang benar-benar ada di brankas penyedia layanan dan tercatat atas nama Anda. Anda juga harus memiliki hak untuk menarik emas fisik tersebut kapan saja.

Lebih lanjut, akad atau perjanjian yang digunakan oleh penyedia layanan emas digital juga harus sesuai syariah, bebas dari unsur riba (bunga) atau gharar (ketidakjelasan/spekulasi) yang berlebihan. Pastikan platform tersebut transparan mengenai biaya, penyimpanan, dan proses penarikan fisik emas. Jika semua syarat ini terpenuhi, maka investasi emas dalam Islam melalui platform digital dapat dianggap sah dan halal, memberikan kemudahan bagi investor tanpa melanggar ketentuan syariah.

Question 2

B. Bisakah Emas Dicicil dalam Islam (Kredit Emas)?

Accepted Answer

Pertanyaan mengenai cicil emas atau kredit emas juga kerap menjadi topik perdebatan dalam investasi emas dalam Islam. Dalam syariat, jual beli emas secara tidak tunai atau cicilan diperbolehkan dengan syarat tertentu, namun seringkali terdapat perbedaan interpretasi dan fatwa antara satu lembaga dengan lembaga lainnya. Umumnya, jual beli emas harus dilakukan secara tunai (yad bi yad), artinya serah terima emas dan uang harus terjadi di tempat yang sama dan pada waktu yang sama. Ini untuk menghindari riba nasiah (penundaan penyerahan salah satu barang ribawi).

Namun, ada beberapa skema cicil emas yang dianggap syariah oleh beberapa lembaga, terutama jika akadnya adalah murabahah (jual beli dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan) atau ijarah muntahiyah bi tamlik (sewa beli), di mana lembaga syariah terlebih dahulu membeli emas tersebut secara tunai, kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga yang disepakati (termasuk margin keuntungan) dan dibayar secara cicilan. Penting untuk selalu memastikan akad yang digunakan jelas, transparan, dan tidak mengandung unsur riba terselubung. Sebaiknya, konsultasikan dengan ulama atau lembaga keuangan syariah terpercaya jika Anda ingin melakukan investasi emas dalam Islam dengan skema cicilan.

Question 3

C. Apakah Perhiasan Emas yang Dipakai Sehari-hari Wajib Dizakati?

Accepted Answer

Kewajiban zakat atas emas seringkali membingungkan, terutama untuk perhiasan yang digunakan sehari-hari. Berbeda dengan investasi emas dalam Islam yang jelas-jelas ditujukan untuk simpanan dan pengembangan harta, perhiasan yang dipakai untuk tujuan pribadi, seperti cincin, kalung, atau gelang, memiliki hukum zakat yang sedikit berbeda. Mayoritas ulama berpendapat bahwa perhiasan emas yang dipakai secara wajar (tidak berlebihan) dan memang untuk tujuan perhiasan pribadi, tidak wajib dizakati. Hal ini karena perhiasan tersebut dianggap sebagai kebutuhan primer atau hajat asliyah, bukan sebagai aset yang disimpan untuk tumbuh kembang.

Namun, jika perhiasan tersebut tidak dipakai, melainkan disimpan sebagai cadangan nilai atau dengan niat investasi emas dalam Islam, atau jika jumlahnya sangat banyak hingga melampaui batas kewajaran (yang ditentukan oleh ‘urf atau kebiasaan masyarakat setempat), maka ia bisa dikenakan zakat. Dalam kasus ini, perhiasan tersebut diperlakukan layaknya emas simpanan yang wajib dizakati jika telah mencapai nisab 85 gram dan haul satu tahun. Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara perhiasan untuk konsumsi pribadi dan emas yang memang diniatkan sebagai aset investasi.

emas dalam Islam

Investasi Emas dalam Islam: Panduan Halal, Kekayaan Berkah

Quick Link

Support

Company

Signup our newsletter to get update information, news, insight or promotions.